04/05/11

Holy Land 7

Garden Tomb.

Setelah Via Dolorosa, kami meneruskan perjalanan menuju tempat dimana Yesus dikuburkan. Kepada kami petugas yang memelihara taman itu memberi penjelasan tentang taman itu yang dipercaya adalah taman milik Yusuf dari Arimatea. Di sini ada perbedaan persepsi. Bukankah tadi sudah dikatakan bahwa Yesus dikuburkan di bukit Gogatha? Hal ini saya pertanyakan kepada Pak Sagala, lalu menurut penjelasan beliau, ada orang yang menorehkan bentuk tengkorak kepada gurung itu pada masa lalu. Jika diperhatikan memang ada miripnya batu karang itu seperti wajah tengkorak. Di sana pun ada kuburan dan ada taman. Oleh karena itu, tempat itu disebut garden Tomb, bukan kuburan Tuhan Yesus.

Di tempat ini kami menikmati perjamuan kudus. Aku bersyukur kepada Tuhan untuk menikmati perjamuan kudus di Yerusalem. Lagi pula, perjamuan itu diselenggarakan dengan versi HKBP, bukan seperti versi yang sedang marak dilakukan sekarang ini, dimana anggota jemaat tinggal di tempat masing-masing. Peserta yang turut ambil bagian dalam Perjamuan itu hanyalah sembilan orang. Sebab, rombongan kami yang lain, mengadakan perjamuan dengan versi mereka sendiri. Setelah menyelesaikan perjamuan, kami berangkat meninggalkan kota Yerusalem menuju ke arah kota Caesaria Maritim.

Caesaria

Di kota ini, kami mengunjungi sebuah amphiteather sebagaimana terlihat di gambar sebelah. Aku duduk di barisan paling atas. Dua orang teman kami diinta untuk bernyanyi di atas panggung. Mereka menyanyikan lagu: How great Thou art. Suara mereka terdengar dengan jelas di atas pada hal tidak ada mikrofon. Luar biasa teknologi orang zaman purbakala itu. Pak Sagala banyak berceritera tentang kota ini, tetapi tidak ada hubungannya dengan Alkitab.



Namun, ceriteranya itu sangat bermanfaat untuk lebih memahami latar belakang peristiwa yang dibicarakan di seputar peristiwa di mana Tuhan Yesus berkarya. Setelah menghabiskan waktu beberapa menit di ampitheater itu, kami meneruskan perjalanan menuju kota Haifa, karena di sana kami akan makan siang. Sebelum tiba di sana kami disuguhi sebuah monumen tali air yang dibuat dari batu batu yang tersusun sebagaimana terlihat dalam gambar di sebelah ini.

Berdasarkan penjelasan Pak Sagala saya mengerti makna dari batu penjuru yang berada di bawah bangunan. Di bawah ia berfungsi sebagai patokan untuk segala sesuatu. Sementara di atas, ia sebagai penahan segala sesuatu. Jika batu penjuru itu diambil dari tempatnya, maka seluruh banguan itu akan roboh. Tadinya aku tidak terlalu mengerti akan hal ini. Namun setelah melihat bangunan itu, maka mata hati saya dibukakan untuk memahami makna dari posisi dari batu penjuru.


Bangunan yang terlihat di sebelah memberikan isnpirasi kepada saya tentang makna dari batu penjuru tersebut. Kristus adalah batu penjuru keselamatan kita. Ia berada di awal dan sekaligus di akhir dari keselamatan kita itu. Betapa amannya keselamatan yang kita terima dari Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat itu. Sementara kendaraan berjalan, saya mendendangkan lagu dari Kidung Jemaat,

Batu Penjuru Gereja dan dasar yang esa,
yaitu Yesus Pendiri umat-Nya
dengan urban darah-Nya  Gereja ditebus
babtisan dan firman-Nya membuatnya kudus.

Aku tidak hafal bait yang kedua, sehingga aku hanya menyanyikan bait pertama saja di sepanjang jalan itu, hingga kami sampai ke kota Haifa untuk makan siang.

Haifa

Di salah satu restoran Cina, kami menikamti makanan yang pas dengan lidah kami. Di sana tersedia nasi dan sambal. Ada bakmi yang pas dengan lidah. Maka kami pun mengabiskan makanan yang tersedia. Di kota ini kami melihat sebuah kuil dari agama Bahai. Berdasarkan penjelasan dari Pak Sagala, agama Bahai merupakan sempalan dari agama Islam. Doktrin dari agama ini tidak mengenal akhir zaman. Mereka mengambil doktrin yang baik menurut mereka dari tiap-tiap agama yang ada di dunia ini. Mereka berharap, satu hari kelak, akan ada perdamaian di dunia ini. Orang akan hidup rukun satu sama lainnya. Agama Bahai adalah agama kelima di negera Israel sekarang ini. Kuil mereka terlihat sangat indah, sebagaimana terlihat di dalam gambar di sebelah. Kuil itu dibangun di atas bukit. Tangga untuk menapaki kuil tersebut cukup banyak.



Sejenak pengemudi kami, membawa kami melihat keindahan dari kota Haifa. Kota ini menjadi lota yang paling menderita pada perang Israel Hizbulah pada tahun lalu. Tetapi kami tidak melihat sisa-sisa perang di sana. Kami berangkat meninggalkan kota ini menuju ke Bukit Karmel, dimana Nabi Elia membantai tujuh puluh para nabi Baal kepunyaan Ratu Isebel. Tidak banyak hal yang aku renungkan di sini. Aku masih dikuasai pemahaman akan batu penjuru Gereja tadi. Ditempat ini ada juga Gereja dibangun oleh prajurit perang salib. Gereja itu dikelola Gereja Katholik. Di depan Gereja itu ada patung yang menggambarkan kemenangan Elia atas nabi-nabi Baal yang dikisahkan kitab Raja-raja kedua.




Nazareth

Kami meneruskan perjalanan dan berangkat menuju kota Nasaret.jika di zaman Tuhan Yesus, kota ini adalah sebuah kota kecil, sekarang ia telah jadi kota besar. Nasaret menjadi ibu kota Distrik Galilea di Negara Israel modern sekarang ini. Di kota ini, kami mengunjungi Gereja Kabar Gembira. Di tempat inilah diyakini Gabriel menjumpai Maria dan memberitahukan kepadanya bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Di tempat ini juga kami mengunjungi tempat tinggal Yesus sewaktu Ia masih kanak-kanak. Sepanjang mata memandang, kami melihat lembah yang subur di negeri ini. Di sana ada banyak perkampungan Yahudi. Mereka menyebutnya dengan sebutan Kibbutz




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...