21/04/11

Via Dolorosa

Tulisan ini adalah sebagian dari catatan perjalanan ke Yerusalem  pada bulan Maret 2007. Seluruh perjalanan mulai dari Jakarta hingga kembali ke Jakarta ditulis dalam catatan yang diberi judul Yerusalem. Tulisan ini berisikan penghayatan menapaki jalan menuju Golgatha di Yerusalem. Selamat menikmati.



Via Dolorosa

Acara kami pada pagi hari ini ialah: mengunjungi jalan Dolorosa. Jalan yang dilalui Yesus menuju Bukit Golgata untuk disalibkan. Rombongan dari Nigeria telah lebih dahulu ada di titik pertama dari proses perjalanan di Via Dolorosa itu. Mereka sudah mulai menjalani jalan itu dengan memikul salib. Pak Sagala memberi penjelasan lebih dahulu, sebelum kami mulai perjalanan tersebut. Di setiap tembok kita menemukan inskripsi tentang titik-titik bersejarah dalam perjalanan menuju salib itu. Titik pertama mulai di mana Tuhan Yesus di jatuhi vonnis hukuman mati, di Benteng Antonia.

Titik kedua menandakan di mana Yesus mulai memikul salibnya. Kami mulai jalan dari titik ini. Satu hal dicatat di sini, rombongan kami tidak mau memikul salib seperti yang dilakukan oleh rombongan lain.Titik ketiga, ditandai sebagai tempat di manaYesus jatuh untuk pertama kalinya. Di sana kami berdoa.Tatkala kami berjalan, maka teman-teman lainnya menyanyikan lagu: “Salibnya, salibnya, selama mulia. Dosaku disucikan oleh darah Yesus”.
Tetapi saya menyanyikan lagu yang pas untuk saya, yakni:

Ndi di dolok adaui ida silang di si
sap mudar sap tijur do i.
Yesus mate di si, asa malum dibaen
sude angka gondok roha i.

Reff
Dibaen i, tung holong rohangki
mida silang di Golgota i.
Hupasolhot diringku tu si,
dompak surga pardalanan ki.

Dileai jolmai silang ni Tuhanki
hape haluaon do i.
Nang godang dosangki alai malum do i
dibaen mudar na durus di si.

Aku menyanyikan lagu ini berkali kali hingga titik kelima di depan. Lagu ini memliki versi bahasa Indonesia dengan judul: “Pada satu bukit, jauh dari sini...” Titik keempat tidak jauh jaraknya dari titik ketiga. Di titik ini orang Nigeria mengadakan ibadah. maka kami pun mendahului mereka di depan. Di titik ini dipercaya Yesus bertemu dengan ibunya Maria. Orang Nigeria itu beragama katolik, maka wajar saja mereka mengadakan ibadah di sana. Kami tidak melakukan apa-apa di sana.

Rombongan kami berjalan di depan, sementara saya berjalan di belakang. Aku merasakan sedang mengiring proses perjalanan Tuhan Yesus membawa salib-Nya, sambil menyanyikan terus lagu di atas. Dalam hati saya, tertera ayat yang mengatakan: “barang siapa yang mengikut Aku, ia harus memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku!” aku sedang mengikut Yesus menuju penggenapan rencana Allah di dalam hidup ini.

Titik kelima. Di titik ini dipercaya Simon dari Kirene menolong Yesus memikul salib-Nya. Di sepanjang jalan yang sempit itu berjejer toko-toko orang Arab yang menjual pernik-pernik kebutuhan para peziarah. Mereka melihat proses para peziarah yang memikul salib. Dalam hati saya, begitulah orang Yahudi pada  zaman Tuhan Yesus. Mereka melihat proses itu dengan tidak peduli dengan apa yang terjadi. Bahkan seperti yang diutarakan oleh syair nyanyian saya, penuh dengan ludah dan darah salib Tuhan Yesus. Lengkaplah panorama iman yang saya lihat, tergambar seperti nyata di dalam hati saya proses penyaliban tersebut. Di sini lagu yang saya nyanyikan pun berubah. Nyanyian ini itu ialah: Batu karang yang teguh, tetapi liriknya diubah dalam bahasa Batak, dalam konteks salib.

Silang na badia i, ho do lombu-lombuki.
Maralohon dosa i, dohot pandelean i,
di sude sitaon i, ho ma lombu-lombungki.


Nasa na huula i, ndang tahu haporusanki.
Nang ringkot pe rohangki, pola ro nang ilungki,
Holan asi ni rohaM, pangurupi Ho Tuhan.


Dosa patundungkon au, Ho ma mangapuli au.
Ramun si tutu do au, mudarMi mamuriau.
Na pogos dangol auon Ho ma artangki tongon.



Dalam gambar di atas ini, terlihat betapa sempitnya jalan Dolorosa itu. Di sanalah kami berjalan berombongan, dari segala bangsa di dunia ini. Kami menapaktilasi perjalanan Yesus menuju Bukit Golgata.

Titik Keenam.

Di tempat ini dipercayai sebagai tempat di mana Veronika menyeka wajah Tuhan Yesus. Peristiwa ini tidak dicatat oleh Alkitab. Karena itu, kami tidak berbuat apa-apa di sana. Proses itu berjalan terus. Aku pun menyanyikan lagu tadi dengan penuh penghayatan. Dari internet, aku mengambil patung Verikonka yang ada di Gereja Sint Petrus di Vatikan. Tradisi Katolik mengatakan, tatkala Veronika memberikan sapu tangan untuk menyeka wajah Tuhan Yesus, di sapu tangan itu tertinggal wajah Tuhan. Oleh karena tindakannya itu, Gereja Katolik mengaruniakan gelar santa kepada Veronika.

Titik Ketujuh dipercayai sebagai tempat dimana Tuhan Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Kisah ini dicatat Alkitab. Saya membayangkan Yesus jatuh karena begitu menderita. Aku semakin mampu merasakan bahwa Yesus juga adalah manusia. Betapa aib yang Dia derita bukan karena kesalahan-Nya sendiri. Tiada kasih yang lebih agung dari kasih Tuhanku.

Titik Kedelapan dipercayai dimana Yesus bertemu dengan perempuan Yerusalem. Tatkala melihat para perempuan itu, Yesus justru mengatakan kepada mereka: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui”. (Luk. 23:28-29).

Titik Kesembilan berbicara tentang peristiwa di mana pakaian Yesus ditanggalkan para serdadu Roma. Pakaian di dalam konteks Alkitab berbicara tentang kebenaran. Hal itu disuarakan Nabi Yesaya dalam Yes. 61:10. Kebenaran Yesus pun dibagikan kepada orang banyak. Para serdadu itu turut dipakai Allah untuk melaksankan rencana keselamatan-Nya.

Di Titik Kesepuluh, Yesus dipakukan di kayu salib. Tempatnya sudah ada di Gereja Kubur Kudus. Salah satu catatan yang menarik hati saya di sini ialah: mereka yang memegang kunci Gereja tersebut. Menurut penjelasan Pak Sagala, Gereja Katolik Roma dan Orthodox sering berebutan memegang kunci tersebut. Sebab, siapa yang memegang kunci, maka ia yang menguasai Gereja. Karena itu mereka sering berkelahi. Untuk menjaga agar tidak ada perkelahian di sana, maka penguasa muslim pada zaman dahulu kala, mengambil kunci Gereja tersebut, lalu memberikan kunci itu dipegang oleh orang muslim, sehingga tidak terjadi lagi perkelahian memperebutkan kunci.

Alangkah sedihnya mengingat hal itu. Perdamaian tercipta di kalangan orang percaya, hanya jika orang lain turut campur tangan. Ini tentunya membawa duka tersendiri di hati Tuhan. Di tempat ini kami diabadikan, sebagaimana terlihat dalam gambar di bawah ini.



Penulis berada di atas memandang ke arah sebelah kanan. Jika kita berfoto bersama, aku tidak mau terlalu sering di depan. Bukankah Alkitab mengatakan bahwa kita harus mengangap bahwa orang lain harus lebih dari pada diri kita sendiri? Di titik ini, lagu pujian saya pun berubah. Aku menyanyikan lagu yang ketiga yakni:




“Panotnoti ma silang ni Tuhanta i,
na mamorsan sude dosa mi.
Tung tinggangkon sude arsak ni rohami,
Pasesahon sude dosami.
So jo, bereng i,
panotnoti ma silang ni Tuhanta i
Ngolu mi, ngolungki sian i.

Tung beasa ditaon Ho Tuhan songon i
Di bagasan sude burju, Mi.
Tung beasa sap mudar
sude daging-Mi,
Ai tigor do sude dalan-Mi?
Nda i, holong-Mi mudar-Mi
na use pasonanghon muse
sasude na porsea di si.

Di Titik Kesebelas sebelas Yesus mati. Pada Titik Kedua belas Yesus diturunkan di kayu salib. Di Titik Ketiga belas  Yesus dibalsem dan di Titik Keempat belas, Yesus dikuburkan.
Seluruh titik itu berada di dalam Gereja ini. Berakhir juga perjalanan itu. Kristus telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini. Sekarang, sayalah yang akan bejalan membawa salib yang dikenakan-Nya untuk aku bawa di sepanjang perjalanan  hidup ini. Akhir dari nyanyianku tadi mengatakan: “pasonanghon muse sasude na porsea di si!” 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...